Kamis, 30 April 2009

Membingungkan

Kadang aku berpikir aku adalah orang yang paling beruntung di dunia ini karena bisa bersamanya... Tapi ada saatnya pula aku berpikir,aku tidak pantas untuknya dan untuk orang di sekitarnya... Apa hanya karena rasa ini aku harus seenaknya melawan dan tidak peduli pada orang2 di sekitarnya maupun disekitarku? Atau bahkan mungkin melawan kehendaknya? Entahlah... Yang jelas,aku tidak ingin kehilangan dia.. Meskipun ini di khayalanpun,tapi aku takut untuk menyambut kenyataan...
Ya Allah... Tetaplah tuntun arahku.
Aamin..

Senin, 20 April 2009

patofis ASMA

PENGERTIAN
Asma adalah penyakit yang disebabkan oleh peningkatan respon dari trachea dan bronkus terhadap bermacam –macam stimuli yang ditandai dengan penyempitan bronkus atau bronkhiolus dan sekresi yang berlebih – lebihan dari kelenjar – kelenjar di mukosa bronchus

II. ETIOLOGI
Faktor Ekstrinsik
Asma yang timbul karena reaksi hipersensitivitas yang disebabkan oleh adanya IgE yang bereaksi terhadap antigen yang terdapat di udara (antigen – inhalasi ), seperti debu rumah, serbuk – serbuk dan bulu binatang
Faktor Intrinsik
Infeksi :
- virus yang menyebabkan ialah para influenza virus, respiratory syncytial virus (RSV)
- bakteri, misalnya pertusis dan streptokokkus
- jamur, misalnya aspergillus
· cuaca :
perubahan tekanan udara, suhu udara, angin dan kelembaban dihubungkan dengan percepatan
iritan bahan kimia, minyak wangi, asap rokok, polutan udara
emosional : takut, cemas dan tegang
aktifitas yang berlebihan, misalnya berlari

III. PATOLOGI
Asma ialah penyakit paru dengan cirri khas yakni saluran napas sangat mudah bereaksi terhadap barbagai ransangan atau pencetus dengan manifestasi berupa serangan asma. Kelainan yang didapatkan adalah:
Otot bronkus akan mengkerut ( terjadi penyempitan)
Selaput lendir bronkus udema
Produksi lendir makin banyak, lengket dan kental, sehingga ketiga hal tersebut menyebabkan saluran lubang bronkus menjadi sempit dan anak akan batuk bahkan dapat sampai sesak napas. Serangan tersebut dapat hilang sendiri atau hilang dengan pertolongan obat.
Pada stadium permulaan serangan terlihat mukosa pucat, terdapat edema dan sekresi bertambah. Lumen bronkus menyempit akibat spasme. Terlihat kongesti pembuluh darah, infiltrasi sel eosinofil dalam secret didlam lumen saluran napas. Jika serangan sering terjadi dan lama atau menahun akan terlihat deskuamasi (mengelupas) epitel, penebalan membran hialin bosal, hyperplasia serat elastin, juga hyperplasia dan hipertrofi otot bronkus. Pada serangan yang berat atau pada asma yang menahun terdapat penyumbatan bronkus oleh mucus yang kental.
Pada asma yang timbul akibat reaksi imunologik, reaksi antigen – antibody menyebabkan lepasnya mediator kimia yang dapat menimbulkan kelainan patologi tadi. Mediator kimia tersebut adalah:
a. Histamin
- Kontraksi otot polos
- Dilatasi pembuluh kapiler dan kontraksi pembuluh vena, sehingga terjadi edema
- Bertambahnya sekresi kelenjar dimukosa bronchus, bronkhoilus, mukosaa, hidung dan mata
b. Bradikinin
- Kontraksi otot polos bronchus
- Meningkatkan permeabilitas pembuluh darah
- Vasodepressor (penurunan tekanan darah)
- Bertambahnya sekresi kelenjar peluh dan ludah
c. Prostaglandin
- bronkokostriksi (terutama prostaglandin F)

IV. MANIFESTASI KLINIK
Wheezing
Dyspnea dengan lama ekspirasi, penggunaan otot- otot asesori pernapasan
pernapasan cuping hidung
batuk kering ( tidak produktif) karena secret kental dan lumen jalan napas sempit
diaphoresis
sianosis
nyeri abdomen karena terlibatnya otot abdomen dalam pernapasan
kecemasan, labil dan penurunan tingkat kesadarn
tidak toleran terhadap aktifitas : makan, bermain, berjalan, bahkan bicara

V. STADIUM ASMA
Stadium I
Waktu terjadinya edema dinding bronkus, batuk proksisimal, karena iritasi dan batuk kering. Sputum yang kental dan mengumpul merupakan benda asing yang merangsang batuk
Stadium II
Sekresi bronkus bertambah banyak dan batuk dengan dahak yang jernih dan berbusa. Pada stadium ini anak akan mulai merasa sesak napas berusaha bernapas lebih dalam. Ekspirasi memanjang dan terdengar bunyi mengi. Tampak otot napas tambahan turut bekerja. Terdapat retraksi supra sternal, epigastrium dan mungkin juga sela iga. Anak lebih senang duduk dan membungkuk, tangan menekan pada tepi tempat tidur atau kursi. Anak tampak gelisah, pucat, sianosisi sekitar mulut, toraks membungkuk ke depan dan lebih bulat serta bergerak lambat pada pernapasan. Pada anak yang lebih kecil, cenderung terjadi pernapasan abdominal, retraksi supra sternal dan interkostal.
Stadium III
Obstruksi atau spasme bronkus lebih berat , aliran udara sangat sedikit sehingga suara napas hampir tidak terdengar.
Stadium ini sangat berbahaya karena sering disangka ada perbaikan. Juga batuk seperti ditekan. Pernapasan dangkal, tidak teratur dan frekuensi napas yang mendadak meninggi.

VI. KOMPLIKASI
1. Status asmatikus
2. Bronkhitis kronik, bronkhiolus
3. Ateletaksis : lobari segmental karena obstruksi bronchus oleh lender
4. Pneumo thoraks
Kerja pernapasan meningkat, kebutuhan O2 meningkat. Orang asam tidak sanggup memenuhi kebutuhan O2 yang sangat tinggi yang dibutuhkan untuk bernapas melawan spasme bronkhiolus, pembengkakan bronkhiolus, dan m ukus yang kental. Situasi ioni dapat menimbulkan pneumothoraks akibat besarnya teklanan untuk melakukan ventilasi
5. Kematian

VII. PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK
Riwayat penyakit atau pemeriksaan fisik
Foto rontgen dada
Pemeriksaan fungsi paru : menurunnya tidal volume, kapasitas vital, eosinofil biasanya meningkat dalam darah dan sputum
Pemeriksaan alergi (radioallergosorbent test ; RAST)
Analisa gas darah – pada awalnya pH meningkat, PaCO2 dan PaO2 turun (alkalosis respiratori ringan akibat hiperventilasi ); kemudian penurunan pH, penurunan PaO2 dan peningkatan PaCO2 (asidosis respiratorik)

VIII. PENATALAKSANAAN
Pencegahan terhadap pemajanan alergi
Serangan akut dengan oksigen nasal atau masker
Terapi cairan parenteral
Terapi pengobatan sesuai program
- Beta 2-agonist untuk mengurangi bronkospasme, mendilatasi otot polos bronchial
Albuterol (proventil, ventolin)
Tarbutalin
Epinefrin
Metaprotenol
- Metilsantin, seperti aminofilin dan teofilin mempunyai efek bronkodilatasi
- Antikolinergik, seperti atropine metilnitrat atau atrovent mempunyai efek bronchodilator yang sangat baik
- Kortikosteroid diberikan secara IV (hidrokortison), secara oral (mednison), inhalasi (deksametason)

KONSEP KEPERAWATAN

I. PENGKAJIAN KEPERAWATAN
1. Riwayat asthma atau alergi dan serangan asthma yang lalu, alergi dan masalah pernapasan
2. Kaji pengetahuan anak dan orang tua tentang penyakit dan pengobatan
3. Riwayat psikososial: factor pencetus, stress, latihan, kebiasaan dan rutinitas, perawatan sebelumnya
4. Pemeriksaan fisik
Pernapasan
- Napas pendek
- Wheezing
- Retraksi
- Takipnea
- Batuk kering
- Ronkhi
Kardiovaskuler
Takikardia
Neurologis
Kelelahan
Ansietas
Sulit tidur
Muskuloskeletal
Intolerans aktifitas
Integumen
Sianosis
pucat
Psikososial
Tidak kooperatif selama perawatan
Kaji status hidrasi
- Status membran mukosa
- Turgor kulit
- Output urine
II. DIAGNOSA KEPERAWATAN
Gangguan pertukaran gas, tidak efektif bersihan jalan napas b.d. bronkospasme dan udema mukosa
Kelelahan b.d. hipoksia dan peningkatan kerja pernapasan
Perubahan status nutrisi kurang dari kebutuhan b.d. distress GI
Resiko kekurangan volume cairan b.d. meningkatnya pernapsan dan menurunnya intake oral
Kecemasan b.d. hospitalisasi dan distress pernapasan
Perubahan proses keluarga b.d. kondisi kronik
Kurang pengetahuan b.d. proses penyakit dan pengobatan]

III. INTERVENSI KEPERAWATAN
1. Gangguan pertukaran gas, tidak efektif bersihan jalan napas b.d. bronkospasme dan udema mukosa
Tujuan :
- anak akan menunjukkan perbaikan pertukaran gas ditandai dengan :
tidak ada wheezing dan retraksi
batuk menurun
warna kulit kemerahan
- anak tidak menunjukkan gangguan ketidakseimbangan asam basa yang ditandai dengan saturasi oksigen ± 95 %
Intervensi:
a. Kaji RR, auskultasi bunyi napas
R/: sebagai sumber data adanya pewrubahan sebelum dan sesudah perawatan diberikan
b. Beri posisi high fowler atau semi-fowler
R/; mengembangkan ekspansi paru
c. Dorong anak untuk latihan napas dalam dan batuk efektif
R/: membantu membersihkan mucus dari p[aru dan napas dalam memperbaiki oksigenasi
d. Lakukan suction jika perlu
R/: membantu mengeluarkan secret yang tidak dapat dikeluarkan oleh anak sendiri
e. Lakukan fisioterapi
R/: membantu pengeluaransekresi, menmingkatkan ekspansi paru
f. Berikan oksigen sesuai program
R/ : memperbaiki oksigenasi dan mengurangi sekresi
Monitor peningkatn pengeluaran sputum
R/: sebagai indikasi adanya kegagalan pada paru
h. Berikan bronchodilator sesuai indikasi
R/: otot pernapasan menjadi relaks dan steroid mengurangi inflamasi

2. Kelelahan b.d. hipoksia dan peningkatan kerja pernapasan
Tujuan : Anak menunjukkan penurunan kelelahan ditandai dengan tidak iritabel, dapat berpartisipasi dan peningkatan kemampuan dalam beraktifitas
Intervensi :
Kaji tanda – tanda hipoksia / hypercapnea ; kelelahan, agitasi, peningkatan HR, peningkatan RR
R/: deteksi dini untuk mencegah hipoksia dapat mencegah keletihan lebih lanjut
Hindari seringnya melakukan intervensi yang tidak penting yang dapat membuat anak lelah, berikan istirahat yang cukup
R/: Istirahat yang cukup dapat menurunkan stress dan meningkatkan kenyamanan
Minta orang tua untuk selalu menemani anak
R/: Menurunkan ketakutan dan kecemasan
Berikan istirahat cukup dan tidur 8 – 10 jam tiap malam
R/: istirahat cukup dan tidur cukup menurunkan kelelahan dan meningkatkan resistensi terhadap infeksi
Ajarkan teknik manajemen stress
R/ : Bronkospasme mungkin disebabkan oleh emosional dan stress

3. Perubahan status nutrisi kurang dari kebutuhan b.d. distress GI
Tujuan : Anak akan menunjukkan penurunan distress GI ditandai dengan:
Penurunan nausea dan vomiting, adanya perbaikan nutrisi / intake

Intervensi:
a. Berikan porsi makan kecil tapi sering 5 – 6 kali sehari dengan makanan yang disukainya
R/: makanan kecil tapi sering menyediakan energi yang dibutuhkan , lambung tidak terlalu penuh, sehingga memberikan kesempatan untuk penyerapan makanan. Makanan yang disukai mendporong anak untuk makan dan meningkatkan intake
b. Berikan makanan halus, rendah lemak, gunakan warna
R/: Makanan berbumbu dan tinggi lemak dapat meningkatkan distress pada GI sehingga sulit dicerna
c. Anjurkan menghindari makanan yang menyebabkan alergi
R/:Dapat menimbulkan serangan akut pada anak yang sensitive

Resiko kekurangan volume cairan b.d. meningkatnya pernapsan dan menurunnya intake oral
Tujuan :
Anak dapat mempertahankan hidrasi yang adekuat ditandai dengan turgor kulit elastis, membrane mukosa lembab, intake cairan sesuai dengan usia dan berat badan, output urine : 1-2 ml/kg BB/jam
Intervensi:
a. Kaji turgor kulit, monitor urine, output tiap 4 jam
R/: untuk mengetahui tingkat hidrasi dan kebutuhan cairannya
b. Pertahankan terapi parenteral sesuai indikasi dan monitor kelebihan cairan
R/: kelebihan cairan dapat menyebabkan udema pulmonar
c. Setelah fase akut, anjurkan anak dan orangtua untuk minum 3-8 gelas / hari, tergantung usia dan berat badan anak
R/: anak membutuhkan cairan yang cukup untuk mempertahankan hidrasi dan keseimbangan asam basa untuk mencegah syok

Kecemasan b.d. hospitalisasi dan distress pernapasan
Tujuan :
Kecemasan menurun, ditandai dengan anak tenang dan dapat mengekspresikan perasaannya

Intervensi:
a. Ajarkan teknik relaksasi; latihan napas dalam, imajinasi terbimbing
R/: pengalihan perhatian selama episode asma dapat menurunkan ketakutan dan kecemasan
b. Berikan terapi bermain sesuai indikasi
R/: terapi bermain dapat menurunkan efek hospitalisasi dan kecemasan
c. Informasikan tentang perawatan, pengobatan dan kondisi anak
R/: menurunkan rasa takut dan kehilangan control akan dirinya

Sumber:

Betz L. Cecily. Buku Saku Keperawatan Pediatri.
Dina Dr,dr,. Penatalaksanaan Penyakit Alergi.
Speer Kathleen Morgan.Pediatric Care Planning Ashwill,
Ngastiyah. Perawatan anak Sakit.
Corwin, J. Elizabeth. Buku Saku Patofisiologi.
Suriadi, SKp., Rita, SKp. Asuhan Keperawatan pada Anak.

Patofis TB paru

Tuberculosis

Tuberculosis (sering dikenal sebagai “TB”) adalah penyakit yang disebabkan oleh bakteri Mycobacterium tuberculosis. Umumnya menginfeksi paru-paru, walaupun dapat pula menginfeksi organ tubuh lainnya.

Ketika seseorang yang mengidap TB batuk atau bersin, udara yang disemburkan mengandung titik air yang tercemar bakteri tersebut. Biasanya orang tertular TB karena menghirup udara yang mengandung titik air terinfeksi ini.

Sebagai salah satu penyakit yang ditakuti pada abad ke-19, TB adalah penyebab nomor 8 kematian anak usia 1 hingga 4 tahun pada tahun ’20-an. Dengan meningkatnya standar kehidupan dan pelayanan kesehatan di Amerika Serikat, tingkat kejadian TB menurun. Pada tahun ’60-an penyakit ini bahkan tidak termasuk di antara 10 penyebab kematian utama pada anak dalam usia berapa pun.

Namun TB menyerang kembali di Amerika Serikat akhir-akhir ini – terutama di antara para gelandangan, narapidana, dan mereka yang rentan akibat terinfeksi HIV. Selain itu, muculnya kasus TBC yang resisten terhadap kombinasi obat juga semakin meningkat.

Tanda dan Gejala

Uji rutin untuk TB menggunakan tes tuberkulin pada kulit (digunakan untuk menentukan apakah seseorang sudah terinfeksi bakteri TBC) kini hanya dianjurkan untuk anak yang berisiko tinggi terpapar penyakit ini. Faktor risiko termasuk tertular orang dewasa, melakukan kontak dengan mantan narapidana, gelandangan, dan melakukan perjalanan ke negara yang memiliki tingkat penularan TBC yang tinggi, seperti Meksiko, India, Vietnam, Cina, Filipina, dan kebanyakan negara di Amerika Latin, Asia, Timur Tengah, dan Afrika. Anak adopsi dari daerah berisiko tinggi juga perlu diuji, termasuk Rumania dan Rusia.

Pada kebanyakan kasus, hanya jika hasil tes tuberkulin pada kulit positif, maka anak tersebut telah terinfeksi. Anak yang hasil tes tuberkulinnya positif, walaupun tidak menunjukkan gejala penyakit, umumnya perlu memperoleh pengobatan. Namun untuk anak yang berisiko tinggi, hasil tes yang negatif perlu dilanjutkan dengan foto rontgen dan pengobatan. Hasil uji yang demikian perlu diulang tiga bulan kemudian.

Uji TBC, yang biasa disebut sebagai tes Mantoux, merupakan tes tuberkulin pada kulit dengan menggunakan 5 unit derifatif protein termurnikan (purified protein derivative, PPD). Uji TBC dalam bentuk lain tidak dianjurkan. Setelah dilakukan pada lengan si anak, tes tuberkulin pada kulit dibaca 48 – 72 jam kemudian oleh orang yang berpengalaman. Interpretasi tergantung tidak saja dari tipe reaksi setelah tes, namun juga pada tingkat risiko anak terkena TBC. Anak yang berusia di atas 4 tahun dan tanpa faktor risiko mungkin mengalami sedikit reaksi (pembengkakan sebesar 5 – 14 mm) dan tidak terinfeksi TBC. Sedangkan anak yang memiliki kontak yang dekat dengan penderita TBC akan dianggap terinfeksi walaupun mengalami reaksi yang sangat kecil (lebih besar atau sama dengan pembengkakan 5 mm). Anak yang telah menerima imunisasi BCG juga dapat diuji Mantoux. Bahkan pada anak yang memiliki masalah pada sistem kekebalan tubuhnya akan memperoleh hasil negatif uji tuberkulin pada kulitnya, padahal kemungkinan terinfeksi TBC.

Pada anak yang usianya lebih dewasa, TBC paru primer (infeksi pertama dengan bakteri TBC) biasanya tidak menimbulkan tanda atau gejala, dan hasil foto rontgen dada tidak terlihat adanya tanda infeksi. Sangat jarang terjadi pembengkakan kelenjar limfe dan kemungkinan sedikit batuk.

Infeksi primer ini biasanya sembuh dengan sendirinya karena anak telah membentuk kekebalan tubuh selama periode waktu 6 hingga 10 minggu. Namun pada beberapa kasus, jika tidak ditangani dengan benar (biasanya antara 6 bulan hingga 2 tahun), infeksi ini dapat berkembang menjadi penyakit dan menyebar ke seluruh paru-paru (disebut TBC progresif) atau ke organ tubuh lainnya. Hal ini ditandai dengan demam, kehilangan berat badan, kelelahan, kehilangan selera makan, kesulitan bernafas, dan batuk.

Tipe infeksi lainnya disebut TBC reaktivasi. Dalam hal ini infeksi primer sudah teratasi, namun bakteri TBC masih dalam keadaan tidur atau hibernasi. Ketika kondisi memungkinkan (misalnya kekebalan tubuh menurun), bakteri menjadi aktif. TBC pada anak yang lebih tua dan orang dewasa mungkin saja termasuk tipe ini. Gejala yang paling jelas adalah demam terus-menerus, diiringi dengan keringat pada malam hari. Kelelahan dan kehilangan berat badan juga mungkin terjadi. Jika penyakit bertambah parah dan terbentuk lubang-lubang pada paru-paru, penderita TBC akan mengalami batuk dan mungkin terdapat darah pada produksi air liur, dahak, atau phlegm.

Kebanyakan anak yang menderita TBC tidak menunjukkan gejala apapun. Mereka dikatakan mengalami infeksi TBC jika memiliki hasil PPD yang positif, walaupun hasil foto rontgen-nya normal dan tidak memiliki tanda atau gejala TBC.

Sebagai tambahan dari tes tuberkulin pada kulit, anak yang mengidap TBC juga harus menjalani tes tambahan dengan mengkultur bakteri TBC. Dengan demikian kita bisa menentukan bakteri yang dikultur sensitif terhadap jenis obat apa. Karena TBC adalah bakteri yang lambat pertumbuhannya, kultur ini bisa mencapai 10 minggu untuk memperoleh hasilnya. Untuk melakukan kultur, kita perlu memperoleh hasil dari pernapasan gastric di pagi hari jika anak tidak dapat menghasilkan batuk untuk sampel sputum. Anak yang mengidap TBC juga perlu dites HIV.

TBC pada paru-paru menyebabkan pembentukan luka, pembengkakan pleural dan pembesaran kelenjar limfe. Hal-hal ini biasanya dapat terlihat pada hasil foto rontgen. Selain gejala pada paru yang disebutkan di atas, penyakit TBC juga dapat menyebabkan meningitis dan infeksi pada telinga, ginjal, tulang, dan persendian.
Pencegahan

Pencegahan TB tergantung pada:

1. Menghindari kontak dengan penderita aktif TBC
2. Menggunakan obat-obatan sebagai langkah pencegahan pada kasus berisiko tinggi
3. Menjaga standar hidup yang baik

Kasus baru dan pasien yang berpotensi tertular diidentifikasi melalui penggunaan dan interpretasi tes kulit tuberkulin yang tepat.

Imunisasi BCG (Bacille Calmette – GuĂ©rin) dipandang kontroversial karena tidak terlalu efektif diberikan di negara yang tingkat kejadian TBC rendah. Untuk alasan inilah BCG umumnya tidak diberikan di Amerika Serikat. Namun sebaiknya diberikan ke anak yang berpindah ke negara dimana TBC banyak terjadi.
Penularan

TBC memang menular ketika bakterinya berada di udara dan dihirup oleh orang lain.
Secara umum, penyakit ini tidak dianggap menular pada anak-anak, yang biasanya terinfeksi dari pasien orang dewasa. Masa inkubasi (waktu yang diperlukan untuk seseorang menjadi terinfeksi setelah tertular) bervariasi antara mingguan hingga tahunan, tergantung dari orang itu sendiri dan jenis infeksinya, apakah primer, progresif, atau reaktivasi.

Pengobatan

Dokter biasanya menganjurkan rawat inap untuk evaluasi awal dan pengobatan TBC, terutama jika:

1. Penderita adalah anak kecil
2. Adanya reaksi obat yang parah
3. Adanya penyakit lain selain TB

Walaupun demikian, kebanyakan anak kecil yang menderita TBC dapat melakukan rawat jalan dan pengobatan di rumah. Pengobatan TBC biasanya berupa pengobatan oral. Pada beberapa kasus, ada tiga atau empat jenis obat yang diresepkan.

Sangat penting diingat bahwa rangkaian pengobatan harus dijalani dengan lengkap agar TBC dapat disembuhkan, meskipun membutuhkan waktu beberapa bulan. Obat yang digunakan merupakan kombinasi antibiotik, tergantung dari resistensi bakteri terhadap obat uang umum digunakan. Pengobatan ini harus dikoordinasikan dengan departemen kesehatan setempat dan/atau ahli penyakit menular pada anak.

Orang yang memiliki hasil PPD positif sebaiknya membutuhkan pengobatan, biasanya berupa isoniazid (INH) selama 9 bulan. Jika infeksi TBC yang diderita ternyata resisten terhadap isoniazid, maka dibutuhkan rifampin selama 6 bulan. Obat lain yang biasa digunakan adalah pyrazinamide. Etambutol atau streptomycin dapat digunakan untuk bakteri TBC yang resisten pada beberapa obat. Pengobatan untuk penyakit TBC kompleks (baik meningitis maupun infeksi pada tulang atau persendian) biasanya berlangsung selama 9 – 12 bulan dengan menggunakan 3 hingga 4 jenis obat.

Kebanyakan penderita TBC harus mengitu Terapi Observasi Langsung (directly observed therapy, DOT), dimana pengobatan diawasi oleh pekerja kesehatan, baik secara langsung maupun menggunakan video.

Orang dewasa penderita TBC sangatlah menular setidaknya selama beberapa minggu setelah memulai pengobatan yang benar. Anak-anak penderita TBC tidak terlalu menular karena mereka umumnya memiliki lesi yang keciil pada paru-paru dan jarang batuk.

Semua kasus infeksi dan penyakit TBC harus dilaporkan ke departemen kesehatan lokal di sekeliling Anda.
Durasi

Pengertian
TBC adalah penyakit kronis yang dapat berlangsung bertahun-tahun jika tidak diobati.
Kapan Menghubungi DSA Anda

Hubungi dokter jika anak Anda:

1. Berhubungan langsung dengan orang yang sedang (atau dicurigai) mengidap TBC
2. Mengalami demam terus-menerus
3. Berkeringat di malam hari
4. Mengalami batuk terus-menerus yang tidak dapat disembuhkan dengan pengobatan batuk yang standar

Sumber
Tuberculosis, http://www.keepkidshealthy.com/welcome/infectionsguide/tuberculosis.html
Tuberculosis, http://www.kidshealth.org/parent/infections/lung/tuberculosis.htm

ADUUUH......

ana kug batuk2 ya?????
jangan2???,,,,
na'udzubillah..
g,g...smoga sja tidak..
hbis skarang kan ana berkecinampung d skitar orang2 yang paru-paru na abnormal..
hiks...hiks...
smangat myut,,,,demi ilmu,,
insyaalah g akan tertular!