Senin, 30 Januari 2012

another side of capuccino

melihat ini, tidak dari satu sisi. tidak pula dari satu sudut. ya, aku yang berdiri mulai merasakan betapa indahnya meregangkan kemauan yang selama ini mengungkung. kamu, dengan semua mimpimu, bukan lagi mimpi kita. kamu dengan semua kedigjayaanmu, bukan lagi sebuah kesengsaraan kita yang selalu membuat kita tersenyum mensyukuri semua hal terkecil yang bahkan membuat kita tidak berarti. kadang, bernafaspun menyakitkan bagi kita. kini, menangis adalah kebahagiaan yang sempurna buatku. bukan buat kita. tidak lagi dengan keterpurukan itu. entahlah, mungkin keinginan yang sekarang menjadi bagian mimpi tak terperikan. salah satu hal yang kadang kita inginkan menjadi penyebab kita tertawa lepas, sekarang menjadi alasan untuk menitikkan air mata. kemana? seandainya perih ini suatu penyakit, maka aku tidak ingin ada yang mengobatinya. bila perih ini sebuah soal ujian, maka aku tidak ingin menjawab soal-soalnya. jika perih ini sebuah dosa, maka aku tidak ingin menebus kesalahan. karena dengan perih ini, aku bisa mengenangmu, selalu mengingatmu, mencerna jelas tawamu. bagaimana kamu tersenyum ke aku, bagaimana kamu menyayangiku, bagaimana kamu memanggil namaku. aku bisa merasakannya. dengan perih itu.
sekarang, hanya dengan itu aku bisa merasakan genggaman tanganmu dulu. merasakan kuatnya dukunganmu dulu, merasakan suara hatimu bahwa semuanya akan baik - baik saja.
satu sisi dari capuccinoku.