Senin, 09 Februari 2009

Cinta Jangan Kau Pergi ……

Cinta.. Siapa yang tidak memilikinya? Orang mabuk kepayang saat dia datang. Namun dunia laksana sunyi saat dia pergI.

Di gombali Ikhwan gombal

MAWAR sebut saja demikian seorang aktifis muslimah sejati di kampusnya. Jam terbangnya lumayan tinggi dengan bobot kerja tak kalah banyak. Beberapa amanah dakwah pernah dijalaninya dengan baik.
Namun belakangan, sikapnya mulai berubah. Wajahnya sering terlihat murung dan aktifitasnya melemah. Seakan ada gunung menggantung di wajahnya.
Kondisi ini bukannya tidak dirasakan oleh rekan rekannya. Terutama pula Mbak Aisy, murrabiyah nya. Maka dalam sebuah private meeting, Mbak Aisy mencoba mengorek sebab kegundahan mad'unya itu.
“Saya.. Saya takut kehilangan dia, Mbak.. Sikapnya belakangan agak berubah ...” keluh Mawar takut takut setelah lama dibujuk oleh Mbak Aisy. Bulir airmata mulai menggenang di waiahnya.
“Kehilangan siapa?”, tanya Mbak Aisy membujuk.
Seakan petir menyambar dirasakan Mbak Aisy saat mad’u kesayangannya itu menyebut nama seorang ikhwan. Apalagi saat Mawar mengakui bahwa hubungan mereka sudah sede¬mikian jauh. Mata Mbak Aisy berkunang. Sejenak, ia tidak ingat apa apa lagi...

Mengejar kereta yang belum lewat

SMS itu datang lagi. Malam malam begini, Andi mulai hapal siapa pengirim SMS dini hari itu. Malas ia membuka hp nya. Namun rasa penasaran memaksanya membaca isi pesan singkat itu.
“Maaf akhi. Smoga antum gak bosan. Ana serius. Kalau anturn mau, ana bisa menunggu hingga anturn lulus.”
Andi terus beristighfar.. Entah, sudah berapa kali ‘pinangan’ ini mampir kepadanya. Akhwat itu, Andi tidak begitu mengenalnya. Entah darimana pula si akhwat tahu nomor hp nya. Entah darimana pula angin yang membawanya untuk berlaku seperti itu.
Malarn itu, Andi mencoba menjawab SMS itu. Sekalian memberikan taushiah bagi si akhwat.
"Mengapa anti mempermalukan diri anti sendiri? Tidak ahsan berbuat begitu. Cobalah meminta melalui murabbiyah anti.", balasnya mencoba bijak. Lima menit kemudian, hp itu berbunyi lagi. Sebuah balasan.
“Afwan jika tidak berkenan. Ana hanya ingin mendapat suami seorang ikhwan. Ana ingin sekali meminta dari murabbi. Tapi apa sopan, bila murabbi ana sendiri belum menikah? Ana tidak ingin lama menunggu seperti dirinya."
Andi tertegun... Dirinya mulai tersadar, “betul.. Masalah ini rupanya sudah cukup gawat.."

Tergoda...

Dodol, sebut saja demikian. Seorang ikhwan yang Allah jodohkan dengan seorang akhwat shalihah yang cukup cantik. Dodol tak henti bersyukur akan karunia Allah ini. Dan Allah-pun mengama¬nahkan mereka beberapa anak yang cantik dan sehat.
Sebagai keluarga muda, keuangan Dodol memang tidak mapan mapan amat. Berpindah dari satu kontrakan ke kontrakan lain menjadi hal biasa bagi mereka. Merasa iba, mertua Dodol menawarkan mereka untuk tinggal dirumahnya. Karena sang mertua yang makin renta, memilih untuk tinggal di kampung sambil beristirahat menghirup udara segar pedesaan.
Jadilah, Dodol dan istrinya tinggal di rumah mertua yang cukup besar. Mereka tidak sendiri, disana juga tinggal Bunga, adik ipar Dodol yang masih duduk di bangku SMA.
Setiap pagi Dodol berangkat ke kantor dengan skuternya yang antik . Untuk menghemat ongkos, Bunga membonceng kakak ipamya itu sampai di sekolah. Ternyata, memang benar, syetan selalu ada diantara dua orang non muhrim.
Dodol mulai merasakan sensasi lain saat berboncengan. dengan Bunga. Dan hal ini bukannya dilawan, namun bahkan dinikmatinya. Fantasi¬nya mulai liar. Hingga suatu hari, saat Bunga lulus SMA dan memilih untuk melanjutkan kuliah di luar kota, Dodol meradang. Hatinya seakan remuk.
Kondisi keluarga Dodol makin tidak menentu. Sang istri tidak lagi menemukan cinta dalam diri Dodol. Entah, apa sebabnya, dia tidak tahu. Hingga terkuaklah kemudian, saat Dodol dengan nekadnya melakukan pelecehan terhadap Bunga saat berlibur kerumah itu. Tentu kemarahan sang istri nieledak. Apalagi Dodol dengan terang terangan justru mengutarakan niatnya untuk menceraikan istrinya dan akan menikahi Bungai!
Sikap Dodol yang kurang ajar ini membuat amarah keluarga besar istrinya meledak. Dodol diusir dari rumah itu dan sang istri mengajukan khulu'. Bunga? Tentu saja ia menolak pinangan kurang ajar abang iparnya itu.
Kasihan.. Bagai pungguk merindukan bulan, justru dia jatuh ke perigi!

Cinta mengalahkan segalanya

Sebutlah Husin, seorang ikhwan sederhana yang hidup dari berjualan apa saja. Suatu hari ia mendengar kondisi seorang akhwat, sebutlah Ananda, yang menderita leukimia stadium lanjut. Menurut dokter, jiwanya paling lama hanya dapat bertahan 6 bulan saja.
Husin terharu saat ia men¬dengar "permintaan terakhir" dari sang akhwat melalui ayahnya yang sesama jama'ah masjid setempat. Ananda hanya berharap satu, ia tidak ingin meninggal sebagai lajang. la berharap ada seorang ikhwan meminangya sebelum ajal memanggil.
Husin bergerak cepat. Dikontaknya semua ikhwan lajang yang dikenalnya untuk meminang Ananda. Namun semua menolak. Termasuk seorang ikhwan yang sebenarnya bersedia, namun ditentang oleh keluarga besarnya.
Mau tidak mau, Husinlah yang harus maju. "Bismillah! Allahu Akbar! Ya Allah, Engkau Maha Kuat sedang aku amat lemah. Engkau Maha Kaya sedang aku fidak punya apa apa. Engkau Maha Bijaksana sedang aku bodoh tak berdaya.. Maka, kuatkanlah aku, Ya Rabb ...... Husin maju meminang Ananda. Gadis anak orang kaya itu ternyata dengan rela menerima Husin yang hidup seadanya.
Delapan tahun berselang... Ternyata dokter hanya bisa meramal, namun Allah yang menentukan. Hingga kini, dengan segala suka dan duka mereka lalui, Husin dan Ananda masih menjalin kasih sayang dengan penuh kehangatan dan keindahan.

Epilog

Cinta. Pada siapa ia harus dilekatkan?
Seseorang memberikannya kepada sesuatu yang nisbi. Maka ia kecewa saat cinta itu tidak berbalas.
Seseorang memberikannya kepada sesuatu yang lemah. Maka ia kecewa saat ia kemudian menjadi hina tak berdaya.
Seseorang membenkannya kepada sesuatu yang miskin. Maka ia akan mendapati dirinya kehilangan semua yang pernah diraihnya.
Maka, tetaplah lurus menatap segala masalah di dunia fana ini. Termasuk saat bercinta. Bahwa saat kita memberikan cinta kepada Yang Haq, maka Dia tidak pernah menyia-¬nyiakan cinta itu. Saat kita memberikannya kepada Yang Maha Kuat, maka kita akan kokoh berdiri dihadapan semua tantangan. Dan saat kita memberikannya kepada Yang Maha Kaya, maka kita akan dapati bahwa setiap masalah akan begitu mudahnya dilalui.
Hiduplah dengan cinta. Cinta kepada Yang Maha Rahman, Maha Rahiim.
Wallahu a'lam. Red.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar