Minggu, 09 Februari 2014

Laut, aliran air, juga atmosfer kita..

Seoul 3 jan 2014...
"Kenapa bapak tidak terima? Memang iya aku bukan siapa2 disini? Iya? Aku bukan anaknya bapak? Kenapa selalu aku yang salah? Kenapa? Aku dari dulu tidak pernah mengeluh tentang sikap bapak sama ibuk! Untuk hal ini kenapa bapak tidak mau lagi? Kenapa?". Entah kerasukan apa,suara kairen begitu lantang menggema. Laki-laki tua itu sesekali batuk,tapi raut kaget dan cengang tidak bisa disembunyikan.
Braak!! Suara meja jatuh membuat suasana tambah sunyi. Membuat semua tercengang. Tumbukan kaki kairen dan meja tidak dirasa sakit sama sekali oleh kairen. Tumbukan itu keras,sangat keras. Tapi sedetik pun tidak menghentikan langkah kairen. Kairen terus melangkah menuju kamarnya.
"Ren..nak..reeen...". Suara itu gemetar,diiringi batuk,bapak kairen terus memanggil namanya.
Iya,sore itu kairen baru tiba dirumahnya. Memang sudah ia siapkan sebelumnya. Sepanjang jalan,malam sebelumnya,sehari sebelumnya,kairen menyusun kata-kata yang mau diucapkan pada bapaknya. Tapi,semua hilang. Entah apa yang merasuki kairen,tiba-tiba saja semua meluap. Kairen sudah capek dengan kehidupan yang ia jalani. Kata lelah tidak bisa menggambarkan seberapa letihnya kairen pada hidup ini.
"Aku balik. Pamit!". Ucap kairen sembari menelpon tukang ojek langganannya.
"Ga perlu diantar,aku sudah telpon pak saffak". Lanjut kairen.
Diruang tamu,3 pasang mata pandangannya tidak lepas dari kairen. Tidak bisa berkata apa-apa. Hanya termangu melihat gadis itu melangkah semakin jauh meninggalkan ruang tamu.
"Dek,kamu mau naik apa? Makan dulu ayo? Kasian bapak sama ibuk!". Wanita itu berusaha mengejar kairen.
"Naek bus! Nggak mbak,aku balik cepet. Daripada disini nanti tambah bikin bapak sama ibuk ga enak". Jawab kairen sembari salaman pada kakak perempuannya itu.
Lagi-lagi,hanya tatapan wajah yang kosong tak lepas dari kairen oleh kakak perempuan kairen.

Di bus...
Telpon kairen bolak-balik berdering. Pesan masuk memenuhi inbox kairen. Tak satupun panggilan masuk diangkatnya serta pesan masuk pun tidak ada yang dibacanya.
Tatapan kairen kosong,selama perjalanan ia memandangi laut dan rumpun pohon bakau. Air matanya tak terbendung lagi. Cinta,trauma,paksaan,hidup? Semua seakan tersiratkan di tiap tetes air mata kairen.
*tritone*
"Ren,kenapa ga bawa mobil aja dek? Kmu dimana? Sudah berangkat? Mbak anterkan mobilnya ya? Kami khawatir". Pesan masuk dari kakak kairen.
Kairen hanya memandanginya tak bergeming. Sesekali ia menepuk dadanya. Sesek! Ingin menangis teriak meluapkan nyeseknya tapi tidak bisa. Ya! Ia hanya bisa menepuk-nepuk dadanya.

Rasakan semua, demikian pinta sang hati. Amarah atau asmara, kasih atau pedih, segalanya indah jika memang tepat pada waktunya. Dan inilah hatiku, sebelum dan saat dini hari yang hening. Bening. Apa adanya.

Sub 12:10...
"Tante masak apa? Kairen lapar".
Wanita paruh baya itu tetap saja mengiris tomat tanpa mengacuhkan riuk manja kairen.
"Tee..kairen pengen ke sumber mente. Tante titip apa?".
"Reen.. Ini potongin tomat. Tante mau ke sumber mente". Tante kairen berlalu begitu saja tanpa basa-basi. Tetap saja wanita paruh baya ini. Paling tidak bisa mendengar kata sumber mente. Entah apa yang dicarinya disana,selalu tidak pernah bosan kesana.
"Yaaah.. Tante,maunya". Kairen mencibir.
"Kalo Potongannya jelek,kamu ga boleh makan!".
"Tee.. Ikuut.."
"Ga. Aneh2 nanti".
Kairen berlalu ke dapur sembari menggerutu..
"Dek,besok tante anterin ke kantor ya?". Teriak tante dari depan.
"Kairen mau make mobil nanti sore tantee,maaf gabisaa". Ga kalah teriakan kairen.
"Yasudah hati2,sama anak2?"
"Iya paling te"
Tante kairen berlalu. Kairen hanya memandanginya terpaku. Raut kesepian dari wajah wanita paruh baya itu tidak bisa disembunyikan. Ya! Kesepian yang sekian lama dirasakan di rumah tangganya tanpa kehadiran seorang anak. Sudah 15th tante kairen membina rumah tangga,sampai sekarang belum juga di titipi sama yang diatas. Kadang,pertengkaran kecil malah menjadi besar hanya karena sensitifitas masing-masing pasangan. Ya! Tante dan om kairen selalu beradu hanya karena masalah kecil. Sekarang kairen baru mengerti istilah anak itu adalah pengikat yang kuat,tidak hanya lahir tapi bathin. Seketika kairen melihat handphonenya. Tidak ada lagi panggilan masuk karena semua nomer orang rumah kairen block. Air mata kairen jatuh,sakit didadanya memikirkan apa yang telah ia katakan kemaren pada orang tuanya. Hati kecilnya berkali-kali bergumam : pak,maafkan kairen.

Dijalan 17:30..
Macet,gerimis,pemotor memenuhi jalanan ini. Memang,ini waktunya para buruh pabrik di sekitar kota ini pulang. Ditambah lagi,ini akhir pekan. Banyak mobil dari arah sub ke arah kota bunga melintas. Iya! Kota bunga adalah tujuan wisata akhir pekan orang-orang yang semingguan penat dengan pekerjaan di kota sub dan sekitarnya. Ditambah lagi cuaca pada saat itu gerimis rata. Tidak salah kalau kairen harus banyak-banyak mengoleskan balsem geliga di kakinya akibat dari kemacetan yang lumayan memenatkan ini.
*tritone*
"Ren,lu dimana? Udara kek gini enaknya frapuccino ren. Hehe.. ". IM dari irma.
"Gue lagi ada proyek besar-besaran. Lu ganggu gue dengan IM lu 1detik,gue denda 1jt". Balas kairen.
"Alah,paling juga proyek tidur! Okede,nanti kalo selesai ntu proyek,gue di ping!".
"Ngeping elu malah bikin batere ipphi gue berkurang 30%. Ogah ah! Hemat energi!".
"Tak apa. Gue sediain powerbank 12rb Mah buat ntu ipphii". Irma tidak mau kalah.
"Ape kate lu deh nyak!". Bales kairen sembari manyun.
Tak ada senyum sedikitpun di wajah kairen. Tegang,letih,kecewa,takut,itulah yang tergambar. Celotehan irma pun tidak sampai hati membuat bibir kairen dalam posisi 'waikiki'.

Kita tidak bisa menyamakan kopi dengan air tebu. Sesempurna apa pun kopi yang kita buat, kopi tetap kopi, punya sisi pahit yang tak mungkin kita sembunyikan.

Kota bunga 20:00...
Seperti biasa,dingin menusuk tulang. Jalanan yang dulunya sepi sekarang sudah ramai. Ya,setiap sudut jalanan di kota ini menyimpan kenangan. Kenangan kairen bersama orang yang paling kairen cintai,hingga saat ini. Mall itu,permainan itu,taman itu,cafe itu.. Tetap sama. Ya! Semua tetap sama, dan hati kairen pun tidak berubah. Tetap sama.
Kairen menginjak gasnya menuju salah satu penginapan di sebelah barat kota itu. Setiap jalan dan sudut taman yang kairen lalui, seakan menyambut kedatangan kairen dengan asing. Entah kenapa nyesek,air mata tak tertahankan bagi kairen.

Kenangan itu hanya hantu di sudut pikir, selama kita diam selamanya dia tetap jadi hantu, ga akan pernah jadi kenyataan. Dan aku berada diantara diam dan bergerak.

"Maaf mbak,kamar penuh. Mohon maaf mbak ya?". Ucap resepsionis itu membuat kairen kecewa.
"Oiya mas,makasih ya". Kairen berlalu.
Kairen tidak bisa melihat jalan setapak itu,tidak bisa melihat bangunan kokoh diatas kali dan tidak bisa mendengarkan suara burung diatas ranting sungai pagi hari. Kecewa,tapi harus diterima.
Betapa rindu ini menyiksa. Semakin menyayat hati ketika kita berada di bawah atmosfer yang sama tapi tidak bisa saling sapa. Hanya untuk melihat senyumnya pun tidak bisa. Di bawah langit dengan berjuta kenangan tersisa. Sakitnya, kenangan itu nyata bagi kairen.
Jalan ini,entah kenapa kairen tiba-tiba berada disini. Setiap kairen berada di kota ini,ia selalu melewati jalan ini. Seakan ada yang menuntunnya, tanpa sadar kadang kairen sudah berada disana. Seketika, perasaan itu datang. Kairen bolak-balik melihat ipphii, berharap ada pesan dari dia. Tapi tidak mungkin. Tidak akan pernah mungkin. Berulang kali kairen typing pesan, dan berulang kali pula kairen hapus pesan itu. Tidak ada keberanian dihati kairen. Bukan tidak ada,tapi ketakutan lebih tepatnya yang lebih mendominasi. Ia cuma bisa memandangi jalan setapak itu. Rumah pojokan itu juga tak lepas dari tatapan kairen.
"Huuuuuuufttt...". Kairen menghela nafas panjang.

Kadang-kadang langit bisa kelihatan seperti lembar kosong. Padahal sebenarnya tidak. Bintang kamu tetap di sana. Bumi hanya sedang berputar.

Kota apel 22:30...
"Iya mas aku ambil yang solo". Kairen tanda tangan di slip penerimaan guest.
"Iya mbak,mari saya antarkan. Nanti breakfast bisa dianter mbak". Resepsionis menjelaskan pada kairen dan bergegas membawa kairen menuju cottage pesanannya.
"Terima kasih ya mas". Ucap kairen sembari menutup pintu kamar itu.
"Huuuuffft..". Lagi-lagi kairen menghela nafas panjang.
Kamar yang cukup luas, dengan dekorasi interior yang mewah. Ranjang dengan bed busa ukuran 200x200, dengan ukiran khas solo (katanya). Lemari bedside yang cukup unik,sofabed dengan khas keratonnya. Lampu di dalam kamar ini cukup banyak,tp tidak ada satupun lampu neon. Semuanya lampu dop yang di bungkus dengan hiasan sedemikian rupa sehingga pantulan sinarnya tidak begitu menyala. Temaram manja (apalagi ini bahasanya :b). Oh iya,ada lampu neon satu. Itupun hanya dikamar mandi. Entah,kairen merasa interior kamar ini unik atau malah dia agak begidik serem. Seperti tempat-tempat keraton yang penuh dengan legenda setengah masuk akal.
Kairen beranjak ke koridor,ya! Dari sini kita bisa melihat lampu kelap/kelip dibawah sana. Seperti..bukit bintang! Hmm.. Kairen mulai memejamkan matanya. Tak ada sepercik pun rasa kantuk. Padahal,sudah 2 hari ini kairen tidak memejamkan mata. Bisa dibayangkan,betapa berat beban pikiran kairen. Kairen yang tidak pernah bisa menghindar dari pelukan kasur tiap harinya,ini bahkan sudah 2 hari kairen tidak jatuh ke pelukan kasur sama sekali. Dingin,di depan koridor terdapat kolam renang juga dengan cahaya minim. Yang ini bukan temaram manja lagi,tapi remang-remang. Disitu terlihat air kolam seperti permata,berkilau serta beriak,menambah keeksotikan malam yang dilalui disana. Tak lama berada di koridor,kairen melangkah masuk ke dalam cottage. Iya merebahkan diri di sofa dekat tempat tidur.

Semua pertanyaan selalu berpasangan dengan jawaban.
Untuk keduanya bertemu, yang dibutuhkan cuma waktu.


*tritone
"Ren lu tau obatnya haemorrhoid yang mujarab? Gue ga bisa berak ni!". IM enes merusak segala mood kairen.
"Pisau nes!". Jawab kairen singkat.
"Ya begini ni yang dikatakan dokter setengah lulus. Setdah!"
"Mau tau ga nih ukuran berapa mess nya?". Kairen tambah meladeni.
"Gue tau. Seukuran punyanya tukang potong ayam kan?"
"Kadang lu jenius melebihi habibi nes! "̮˚°◦♡Ώκωķωќ♡◦°˚"̮ ". Kairen tersenyum.
"Pesek lu!". Enes terlihat geram di teks terakhirnya.
Sejak 3 hari terakhir ini senyum pertama kairen. Kairen melemparkan ipphii dan menyabet handuk di dekat lemari yang berjejeran dengan tetek bengek permandian. Tubuhnya kini hanya dilindungi selembar handuk. Kairen beranjak ke kamar mandi.
"Yes! Bathup! Come on,it's my time!". Ujar kairen girang.
Tidak butuh waktu lama kairen membuat bathup itu menjadi lautan busa. Dengan hati-hati kairen masuk kedalamnya. Hangat!. Kairen berbaring memejamkan matanya. Dalam pikiran kairen,ia menyusun tempat-tempat yang akan dia kunjungi besok. Ada satu tempat yang ingin sekali dia datengi,mengingat tempat itu dada kairen nyesek. Tanpa sadar,air matanya netes,perlahan hingga deras membasahi. Tempat itu,gerimis,aliran air,bunga,dan rerumputan hijau.
"Tuhan! Aku merindukannya. Sangat!". Kairen terisak sembari menggigit bibirnya. Tetap dengan mata terpejam.

Aku memandangimu tanpa perlu menatap. Aku mendengarmu tanpa perlu alat. Aku menemuimu tanpa perlu hadir. Aku mencintaimu tanpa perlu apa-apa, karena kini kumiliki segalanya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar